Kamis, 14 Juni 2012

My Detective Stories: The Lost Something

Saat itu cuaca sedang cerah, dan matahari bersinar dengan senyumnya. Orang-orang melakukan kegiatan seperti biasa dari hari ke hari untuk mencapai tujuan hidup atau mempertahankan hidup mereka. Tidak ada yang berbeda pada pagi ini ketika melihat suasana ini. Hari ini aku pergi ke kampusku seperti biasa menuju Universitas Padjadjaran. Aku kuliah di Fakultas Peternakan dengan jurusan yang sama karena di sini hanya terdapat satu jurusan.
Keributan terjadi ketika aku mulai menapaki kakiku di tempat kuliah. Hari ini seperti terjadi sebuah keributan kecil di Laboratorium Reproduksi di Gedung 5 lantai 1. Orang-orang mulai berkumpul dan seperti membicarakan sesuatu yang hilang. Ketika aku menuju ke sana dengan rasa penasaran, aku melihat wajah keheranan dari penjaga lab. Nama mereka adalah Pak Kiki dan Pak Tona.
Kemudian aku bertanya pada Pa Kiki, “Apa yang terjadi?”.
 Dia menjawab,”Patung rangka domba hilang tadi malam.”
“Kenapa bisa hilang?”
”Kayaknya ada orang yang menduplikasi kunci lab dan gedung 5, jadi bisa mencuri dengan mudah”.
“O… hanya pencurian biasa.”pikirku.
Kemudian aku masuk ke dalam lab tersebut untuk melihat keadaan di dalam lab. Lab ini merupakan tempat aku belajar Ilmu Reproduksi Ternak dan Teknologi Reproduksi Ternak. Di sini terdapat banyak peralatan dan bahan-bahan mengenai praktikum reproduksi seperti embrio sapi umur 1 hari, embrio sapi masih dalam rahim , dan macam-macam embrio ternak yang sudah diberi perlakuan air keras dan dimasukkan ke dalam toples. Perlatan-peralatan untuk praktikum juga ada seperti preparat, mikoskop, infocus, komputer, dan lain-lain.
Petugas keamanan hanya mengumumkan bahwa ini hanya pencurian biasa yang dilakukan oleh orang yang menduplikasi kunci lab dan gedung 5. Setahuku yang punya kunci tersebut adalah kedua teknisi lab Pa Kiki dan Pak Tona, petugas keamanan, dan dosen yang kebetulan lagi melanjutkan sekolah. Dosen tersebut sudah lama tidak ke kampus. Ketika dihubungi mengenai kejadian ini, dosen tersebut terkejut dan memberitahu bahwa kunci labnya tidak pernah dipinjam ke siapa-siapa.
Hanya pencurian biasa, nanti juga bisa diganti melalui uang dari fakultas untuk membeli atau membuatnya dari domba yang sudah mati. Kemudian aku melangkah pergi dari lab tersebut untuk pergi mengambil kelas kuliah. Tetapi, entah kenapa kok seperti ada yang mengganjal di pikiranku mengenai kejadian tersebut. Kenapa ya, kok pikiranku seperti terganggu dan seperti ada sesuatu yang terlewatkan. Sampai waktu kuliah berlangsung, aku masih memikirkannya. Ternyata benar ada sesuatu yang ganjil. Pertanyaan pertama yang muncul adalah mengapa si pencuri hanya mengambil rangka domba saja? Kalau misalkan tujuannya untuk uang kenapa dia tidak mencuri mikroskop atau infokus yang harganya lebih mahal dan lebih praktis untuk dibawa, kalau misalnya motif ingin memiliki rangka tersebut, sepertinya tidak mungkin juga, karena rangka tersebut sudah tua dan banyak karat dimana-mana. Sepertinya kurang cocok untuk dijadikan koleksi pribadi. Tetapi, kalau seandainya cocok dijadikan koleksi, kenapa pencuriannya mesti sekarang dan tidak dilakukan waktu dulu pada saat keamanan belum seketat ini. Rangka tersebut umurnya sekarang mungkin sudah 23 tahun. Jadi bisa dibilang tua dan selama itu belum ada kasus pencurian seperti ini. Ternyata benar sepertinya ada sesuatu yang ganjil.
Setelah beres kuliah, aku pergi ke lab reproduksi tadi.
Aku bertanya ke Pa Kiki, “Apa ada sesuatu yang hilang selain rangka tersebut?,
”Tidak ada” jawabnya,”Hanya rangka domba saja yang hilang”.
“Bagaimana dengan mikroskop atau infokus, apa tidak ada yang hilang satu pun?”
“Sepertinya tidak ada”
Kemudian aku periksa tempat penyimpanan rangka tersebut, ternyata tidak ada yang aneh dan tidak ada jejak yang ditinggalkan si pelaku.Tapi tunggu,,, aku melihat sesuatu yang aneh di atas meja penyimpanan rangka tersebut. Di sana terdapat tulisan 9598F. Kemudian aku tanya Pa Kiki kembali.
“Pa kok ada tulisan 9598F di atas meja?”
“Mungkin ini ulah iseng mahasiswa yang suka coret-coret meja”
“O.., mungkin juga ya” tetapi kenapa mahasiswa harus nulis seperti ini, kenapa ga kata-kata aneh saja. Atau kenapa tidak no hp sekalian.hehe..”
Angkanya mirip sebuah plat nomor di motor atau di mobil. Sepertinya ini yang dapat dijadikan petunjuk pertama buat memecahkan kasus tersebut. Mungkin si pelaku membuat ini agar bisa menuduh orang lain atau bisa dibilang ini adalah sebuah kamuflase. Oleh karena itu, aku pergi ke tempat parkiran untuk mencari plat nomor ini. Hasilnya, tidak ada plat nomor motor atau mobil di sini 9598F, tetapi ada satu motor yang baru datang dan plat nomornya D 9598 FE. Pemiliknya adalah mahasiswa baru. Tapi, apakah mungkin dia orang yang dituduh oleh si pencuri. Mungkin saja sih,, mahasiswa baru yang punya hobi koleksi benda antik. Masa sih senekad itu? Lagipula dia kan belum mengambil kuliah Reproduksi (mata kuliah Tingkat II)  dan tidak kenal dosen atau teknisi labnya. Tapi mungkin juga kalau dia mengelabui satpam untuk menduplikasi kuncinya. Ketika aku akan bertanya pada satpam, lagi-lagi terdapat sesuatu yang mengganjal pikiranku. Pikiran ini datang lagi dan sepertinya ada sesuatu yang aku lewatkan, dan ternyata benar aku mulai mendapat jawaban dari petunjuk pertamaku.
He..
ternyata ini petunjuk yang mudah. Aku pun pergi ke Laboratorium Produksi Unggas di Gedung 4 Lantai 2. Jawabannya sudah ada dan aku hanya perlu pergi ke sana. Pada saat datang, ternyata lab ini sedang dipakai praktikum mengenai Produksi Aneka Ternak Unggas, Kemudian aku pergi menyusup ke dalam lab menuju ruangan incubator penetasan mesin tetas, jawaban dari petunjuk pertama sangat mudah. Ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang mengetahui penetasan, 9598 F menunjukan suhu penetasan saat memasuki fase hatcher yaitu 95-980F. oleh karena di dalam petunjuk ini bukan menunjukan plat nomor karena tidak terdapat kode kota di awal angka.
Kemudian aku mengamati ruangan incubator ini. Di incubator ini terdapat enam buah mesin tetas. Tiga buah mesin pertama memiliki kapasitas penetasan telur sekitar 100 butir itik, dua mesin memiliki kapasitas 300 butir telur itik dan satu buah mesin tetas memiliki kapasitas 500 butir telur itik.. Kemudian aku memeriksa keenam mesin tersebut untuk mencari petunjuk. Ternyata dari keenam mesin tersebut tidak satu petunjuk apapun yang aku dapatkan. Aku mulai berpikir apakah jawaban dari petunjuk pertama ini salah atau si pelaku tidak sempat meninggalkan jejak karena tidak memiliki waktu.
Kemudian aku bertanya pada teknisi Lab. Unggas, “Bapak sudah mendengar mengenai berita kehilangan rangka domba di Lab Repro?”
“Ya. Mungkin si pelaku menyukai rangka domba tersebut.”
”Apakah anda melihat sesuatu yang aneh di lab ini?”
 “Tidak ada. Memangnya ada apa?”
“O….”
“Sepertinya tidak mungkin karena tidak ada sesuatu yang berubah. Tapi, tunggu di dalam salah satu mesin yang berkapasitas 100 terdapat satu telur ayam broiler. Telur ayam broiler tidak akan mungkin disatukan dengan telur tetas yang lainnya karena telur ini bersifat infertile sehingga tidak mungkin akan menetas..

Tapi apakah ini kesalahan simpan dari mahasiswa atau memang pelakunya sengaja meninggalkan petunjuk di sini??

(to be continue...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar